Skip to content

Bukti bahwa Niat Selalu Setara dengan Hasil

May 10, 2018

“Seorang ibu yang menghafal alquran akan berpotensi melahirkan anak hafidz”

Nasehat ini pernah ku dapat saat mengikuti program Ibunda Hafidz Qur’an (IHQ). Saat itu, salah seorang sahabat menawari masuk. Namanya Dea, kami kenal sejak 2011 saat aku masih di Bekasi. Awalnya aku berkilah karena status belum menikah. Masa ikut grup ibu-ibu? Katanya tak apa, banyak akhwat dan ikhwan yang bergabung. Siapa tau dapet jodoh.

Benar lah, beberapa program lain yang ditawarkan padaku : JODOH, ODOL, IHQ, dan ODOJ nampaknya berbuah manis. Hanya berselang beberapa bulan aku bertemu suami dan tak lama kemudian kami menikah. Memang, saat mau masuk semua program itu ku niatkan untuk membersihkan diri dari dosa masa lalu dan agar didekatkan jodohnya.

Yaaa mungkin ini arti hadits “Seseorang akan memperoleh apa-apa yang ia niatkan” 😄 Ini baru niat dengan hasil duniawi. Gimana kalo akhirat ya? Keajaiban kedua juga terjadi pada saat aku dan suami mulai berniat umroh. Kami ingin ke sana salah satunya untuk berdoa meminta anak. Tabarakallah, niat hati tahun depan berangkat, tahun ini kami diberi.

Kejadian-kejadian ini mengingatkanku pada buku Ippho Santosa. Entah dalam judul apa. Yang pasti, ada nasehat bahwa ketika menginginkan sesuatu, kita harus bersiap untuk mendapatkannya. Jangan pasang sikap belum memiliki, tetapi posisikan diri sebagai calon penerima. Mungkin ini esensi dari penggalan ayat “Hendaklah kamu berprasangka baik pada-Ku”.

Wallahu’alam. Namanya juga fakir ilmu, jadi diriku hanya bisa menduga-duga dengan menghubungkan antara pengalaman membaca dan kenyataan yang dihadapi. Apa yang ku tulis mungkin bisa dipraktekkan, tetapi juga jangan terlalu diambil pusing. Cukup canangkan baik-baik tekad diri agar disayang Allah.

Punya jodoh itu enak. Tak punya pun tak apa, kalau Allah berkehendak memberi jodoh akhirat. Banyak kan, orang menikah tapi tak bahagia. Masih mending kalau neraka dunia lewat kehidupan rumah tangganya berbuah surga. Kalau dapatnya juga neraka akhirat? Sungguh, pernikahan itu gampang-gampang susah. Sami’na wa atho’na-nya itu lho. Hemmm syusyaaah.

Punya anak itu bahagia. Tak punya pun tak apa jika itu akan menjadikan musibah dalam keluarga. Berapa banyak istri/suami lebih sayang anaknya dibanding pasangan? Padahal dalam Al Kahfi ayat 46 telah dijelaskan bahwa harta, anak, dan kekayaan hanyalah hiasan. Amal solehlah sebaik-baik harta kita.

Pernah aku membagi pengalaman pada seorang kawan. Berbahagialah selama masih hidup berdua. Sebab ketika sudah hamil, bakti kita sebagai istri akan berkurang. Biasanya kita yang mengurus suami, maka akan jadi kebalikannya saat sudah berbadan dua. Biasanya pagi hari kita sudah masak dan menyiapkan sarapan, namun saat mengandung kita hanya mampu terbaring lemah tak berdaya. Suami lah yang mengurus kita. Lalu, mana surga untuk kita?

From → Mama Speaks, Quote

Leave a Comment

Leave a comment